“Perjalanan itu pahit,” jawab kawan sebelah itu.
Itulah anekdot yang cukup menarik perhatianku saat aku masih berada di negeri piramida. Biasanya mereka mempresentasikan sebuah sub etnis dengan sebutan “Sa’iday” kalau di Saudi terkenal sebutan “Badawy” yang lugu.
Ya perjalanan itu memang penuh pahit dan getir. Namun itu akan terjadi pengulangan. Sebab kerinduan terhadap daerah yang pernah disinggahi akan tetap terjaga di sepanjang memori. Apalagi perjalanan tersebut adalah perjalanan suci.
“Labbaikallahumma laka labbaik, labbaika la syarikat lakalabbaik,” kudatang memenuhi panggilanmu ya Allah, tidak ada sekutu bagimu. Demikian Talbiah para jamaah haji itu menggema di seluruh sudut kota itu. Satu nada, satu kata, dan satu gerakan dan tujuan yaitu untuk menyempurnakan keislaman mereka, rukun Islam yang kelima, haji bagi orang yang mampu.
Namun apakah saya (pada waktu itu) termasuk orang yang mampu?
.....
“ Sebuah pengalaman ibadah haji yang sangat mengesankan. Tidak hanya religius, tapi juga unik, aneh, menggelikan dan penuh intrik petualang...”